For Love
Aku
ingin waktu berputar kembali dan aku dapat mencintainya lagi. Tuhan... jika aku
diberi kesempatan untuk hidup sekali lagi di dunia ini, aku ingin mencintainya
untuk yang terakhir kali. My life become more beautiful and scattered with
stars because of love.
Berawal dari 14
februari lalu, aku mendapatkan sebuah hadiah valentine yang berwarna merah
muda. Hadiah itu adalah hadiah valentine pertama yang aku dapatkan, dan aku pun
juga tidak tahu siapa pengirimnya. Di atas hadiah itu terdapat sepucuk surat
yang hanya berisikan ucapan selamat hari valentine tanpa ada nama ataupun
alamat dari si pengirim . Aku mulai merasa sedikit penasaran atas hadiah pertama
yang baru saja aku dapatkan pada valentine tahun ini. Aku pun membuka hadiah
itu dengan perlahan, rasa penasaranku tadi langsung berubah menjadi rasa senang
setelah aku mengetahui ternyata hadiah itu berisikan sebuah Novel dan Coklat.
Rasa senangku pun bertambah ketika mataku tertuju pada cover novel itu, novel
cinta yang berjudul Cinta yang tak bisaku
miliki, yang selama ini aku cari akhirnya bisa aku dapatkan. Di dalam buku
itu terdapat puisi yang isinya, Cinta
sangat berarti bagi setiap insan, karena tanpa cinta hidup menjadi tidak
berarti. kalau saja cinta ini bisa ku bawa berlari hingga tak ada lagi pedih
perih yang menghampiri. Tapi siapakah orang yang telah memberikan semua ini
padaku???
Keesokan paginya
aku berangkat seperti biasa menuju sekolah. Sesampainya di sekolah aku masuk
langsung masuk ke kelas, ku dapati di atas mejaku sepucuk surat, dan aku
membuka surat itu. Ternyata hanya puisi, yang isinya cinta... tak pernah habis waktuku untuk mengenangmu, karena kau begitu
berharga dalam hidupku. Yang mana lagi-lagi tidak tercantum nama ataupun
alamat dari si pengirim. Kali ini aku bener-bener semakin penasaran, sampai
pada akhirnya aku putuskan untuk mencari tahu siapa yang telah memberikan semua
ini padaku.
Aku mulai dengan
bertanya kepada semua orang yang berada di kelasku. Tak satupun dari mereka
tahu siapa yang telah memberikan ini padaku, lalu aku putuskan untuk
menceritakan semua tentang hadiah valentine yang aku dapatkan secara misterius
kepada kedua sahabat baikku Key dan Chika. Pada saat aku menceritakannya kepada
mereka, aku melihat Key mendadak tunduk dan terdiam. Aku mulai heran dengan
sikapnya yang tiba-tiba berubah seperti itu, sampai pada akhirnya aku putuskan
untuk bertanya pada Key.
“Kenapa kamu Key, kok dari tadi aku liat
kamu diem aja?? Ada masalah?”
“Emmmm,,
gak apa kok Mei, aku cuma lagi mikir aja siapa ya yang udah ngasih semua
itu sama kamu.”
“Kamu bener lagi mikirin masalah itu?”
“Iya Mei, masa aku bohong sih sama
kamu.”
“Oke,,oke aku percaya deh. Tapi beneran
kan?”
“Iya Meiko..”
Aku merasa ada yang aneh pada sikap Key
hari ini, aku juga tidak yakin kalau dia memikirkan masalahku tadi.
Bel
pulang sekolah pun berbunyi, aku dan kedua sahabatku pulang bersama. Biasanya sepanjang
perjalanan pulang kami selalu cerita-cerita tentang semua hal yang terjadi di
sekolah, tapi hari ini berbeda. Key terlihat diam sepanjang perjalanan, aku
semakin heran dengan sikapnya yang aneh hari ini. apa yang sebenarnya terjadi
padanya?
Suatu
hari ketika aku sedang berjalan dikoridor sekolah, aku melihat Key berlari
sambil memegang hidungnya dan aku juga melihat baju sekolah Key bersimbah
darah, betapa tekejutnya aku melihat Key seperti itu. Ketika aku ingin berlari
dan bertanya padanya, Bel masuk pun berbunyi. Aku pun tidak jadi menemuinya dan memutuskan untuk langsung
menuju ke kelas, karena pelajaran akan di mulai sebentar lagi. “Mungkin Key
cuma kecapean aja, makanya hidungnya berdarah.” fikirku sejenak. Aku pun
langsung melupakan kejadian itu.
Tak
terasa sudah satu minggu berlalu, dan aku masih tetap penasaran dengan semua
hadiah-hadiah yang aku dapatkan sampai saat ini. Ditambah lagi dengan perubahan
sikap Key yang semakin hari semakin aneh dan aku merasa kalau Key sedang
menutupi sesuatu dariku, sesuatu yang aku tidak boleh tahu pastinya. Aku
semakin bingung dengan semua hal yang sedang terjadi padaku beberapa waktu lalu
sampai sekarang yang aku tidak mengerti ntah apa maksudnya.
Pada
hari minggu pukul 15.00 aku berencana untuk mengajak kedua sahabatku Chika dan
Key jalan-jalan ke taman. Aku sangat senang karena di taman aku bisa makan ice
cream bareng, dan tertawa lepas bersama sahabatku. Kami bersenang-senang sampai
lupa waktu, aku langsung melihat jam ditanganku yang ternyata sudah pukul 17.30,
aku pun mengajak mereka pulang. Ketika kami sedang berjalan pulang menuju rumah,
Key mimisan dan tak berapa lama kemudian dia pingsan. Aku dan Chika panik dan
langsung berteriak minta tolong. Aku mengambil ponselku dan menghubungi orang
tua Key.
“Hallo, tante ”
“Iya mei, ada apa. Kok kamu panik gitu
ngomongnya??”
“Key, tante.”
“Key kenapa??”
“Dia pingsan dan hidungnya berdarah”
“Kalian dimana sekarang, biar tante
datang ke sana.”
“Kami di taman tante.”
“Ohh,, tunggu tante ya, jangan
kemana-mana.”
tidak berapa lama kemudian Ibunya Key
datang dan kami langsung menuju rumah sakit yang berada tidak jauh dari taman.
Dalam perjalanan aku melihat tante sangat cemas, aku sudah berusaha membuat
tante tenang. Tapi namanya orang tua pasti selalu sedih ketika melihat anaknya
seperti itu. Sebenarnya aku ingin bertanya pada tante apa yang sedang terjadi
pada Key, tapi aku tidak tega karena tante terlihat sangat sedih. Aku pun
mengurungkan niatku untuk bertanya pada tante nanti.
Sudah 3jam Key tidak sadarkan diri. Aku bener-bener
sangat mencemaskan keadaan Key saat ini, aku tidak tahu apa yang sebenarnya
terjadi dengannya. Kenapa dia harus merasiakan semua ini padaku??, bagaimana
pun aku adalah sahabatnya dan dia harus menceritakan semua ini kepadaku.
Tak berapa lama
kemudian Key sadar, tante, aku dan Chika segera masuk ke kamarnya. Aku langsung
berlari ke arah Key dan menggenggam tangannya erat sambil meneteskan air mata ketika
melihat keadaan Key seperti itu. Dia menyuruhku dan Chika untuk lebih dekat
dengannya karena ada yang ingin dia katakan pada kami berdua dan perlahan dia
mulai bicara.
“Kalian berdua jangan nangis ya, aku gak
apa kog.”(sambil tersenyum kecil)
“Key, kamu kenapa sih sebenarnya?,
kenapa kamu tiba-tiba kayak gini?.”
“Aku gak apa Meiko, aku Cuma kecapean
aja.”
“Kamu gak usah bohong Key, gak mungkin
kamu Cuma kecapean.”
“Iya Key gak mungkin kamu Cuma kecapean
aja, please Key jangan bohong.”
“Ngapain sih aku bohong sama kalian
berdua.”
Pembicaraan kami terputus ketika seorang
suster datang dan menyuruh kami untuk menunggu di luar karena pasien harus
istirahat. Aku dan michiko menuruti perkataan suster tersebut. Kami pun
langsung menunggu diluar dengan perasaan kecewa.
****
Satu
bulan berlalu. Semenjak keadaan Key yang seperti ini aku jadi melupakan semua
tentang hadiah dan puisi yang aku dapatkan setiap hari, seakan semua itu tidak
pernah terjadi dalam hidupku. Yang lebih anehnya lagi aku juga sudah tidak
menerima itu semua, sebenarnya aku masih sangat penasaran dengan hadiah
misterius itu, tapi aku berusaha untuk tidak memikirkannya lagi. Aku lebih
memikirkan tentang keadaan Key yang masih belum bisa dipastikan kapan akan
sembuh, ditambah lagi aku yang sampai saat ini masih belum mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi pada Key, karena setiap aku ingin menanyakan tentang hal itu
pasti ada saja alasan untuk tidak membahasnya.
Aku
dan Chika mengajak Key jalan-jalan keluar rumah untuk menghirup udara segar di
pagi hari dengan menggunakan kursi rodanya. Aku melihat Key tersenyum beberapa
kali, “mungkin dia sangat senang hari ini, karena dia bisa bersama sahabat
baiknya” fikirku dalam hati. Aku senang bisa melihatnya tersenyum terus seperti
itu, aku berharap senyuman itu bukanlah senyuman terakhir melainkan senyuman
abadi yang akan ada selamanya. “Tuhan.. aku ingin melihat senyuman itu terus
bersamanya selamanya.” Bisikku dalam hati.
Keesokkan
harinya aku datang kerumah Key sendirian, aku ingin memberinya kejutan kecil,
karena hari ini adalah ulang tahunnya yang ke 17. Sesampainya didepan rumah Key
aku melihat mamanya membuka pintu dengan membawa tas dan segala macam keperluan
yang begitu banyak lalu memasukkannya kedalam bagasi mobil. Melihat semua itu
aku pun langsung mendekat dan bertanya pada mamanya.
“Tante”
“Eh, Meiko.”
“Tante mau kemana, kok banyak banget
bawaanya??”
“Hmm,, tante mau pergi ke singapura
Mei.”
“Key ikut??”
“Iya, tante mau ngajak Key untuk berobat
disana”
“Berobat?? sebenernya Key Sakit apa sih
tante??”
“Key...”
“Mama.”
Lagi-lagi pembicaraan kami terputus,
karena Key memanggil mamanya. Aku benar-benar semakin penasaran dengan semua
ini, kenapa semua orang harus bersikap aneh kepadaku??. Apa salahku
sebenarnya??, kenapa aku merasa semua orang menutupi sesuatu dariku??.
Aku
ikut mengantar Key sampai bandara. Aku duduk di belakang bersebelahan dengan
Key, sepanjang perjalanan aku hanya terdiam menatap keluar jendela mobil.
Sesekali air mataku jatuh, tapi aku berusaha menutupinya, aku tidak ingin ada
yang tahu kalau aku menangis termasuk Key. Aku juga tidak ingin melihat kearah
Key sepanjang perjalanan, karena aku merasa hatiku sakit ketika aku menatapnya.
Sesampainya
di bandara, aku bertemu dengan Chika. Betapa terkejutnya aku melihat dia berada
di sini juga dengan maksud dan tujuan yang sama denganku pastinya. Aku merasa
semua ini sudah direncanakan dengan baik tanpa sepengetahuanku. Mereka sengaja
tidak memberitahuku tentang kepergian Key. “Sudahlah bukan saat yang tepat
untuk memikirkan hal seperti itu saat ini” fikirku dalam hati. Sebelum dia
pergi aku memberikan hadiah ulang tahun dan ucapan selamat untuknya sambil
meneteskan air mata. Tiba-tiba saja Key langsung memelukku erat dan berkata “Mei,
jaga dirimu baik–baik ya. Aku ingin kalian berdua tetap bersama”. Aku pun
semakin tidak bisa menahan tangisku ketika dia berkata seperti itu padaku, aku
hanya bisa diam sambil mendengar kata-katanya yang aku tidak tahu apa
maksudnya. Untuk yang terakhir kali sebelum kepergiannya aku mengucapkan
“Selamat tinggal sahabatku, aku bakal selalu setia nungguin kamu pulang, semoga
kamu cepat sembuh ya”. Key dan mamanya pun langsung berjalan masuk ke dalam,
karena sebentar lagi pesawat mereka akan berangkat.
****
Dua bulan berlalu...
Tak
terasa waktu berlalu begitu cepat dan Key tetap tidak ada kabar sampai
sekarang. Sejak kepergian Key ke singapura aku merasa sangat kesepian. Tidak
ada lagi senyuman yang biasa aku lihat dari wajahhnya, tidak ada lagi yang
menghiburku pada saat aku sedang sedih. Semua terasa hampa sekarang, aku
benar-benar merasa kehilangan dia sekarang. Aku rindu dengan semua yang sudah
kami lalui bersama, aku juga rindu bagaimana cara dia menatapku ketika dia
sedang marah padaku, aku ingin semua yang pernah terjadi dulu terjadi lagi saat
ini.
Keesokan
harinya disekolah aku melihat Chika berlari kearahku sambil menangis dan
langsung memelukku. Aku bingung apa yang sebenarnya terjadi denganya saat itu.
Aku mencoba bertanya padanya apa yang sebenarnya terjadi dan dia tidak
menjawabnya. Aku mencobanya bertanya padanya lagi untuk yang kedua kalinya,
akhirnya dia menjawab dengan terbata-bata. Aku tidak jelas mendengar kata-kata yang dia ucapkan
dan terakhir aku bertanya padanya lagi untuk yang ketiga kalinya.
“Maafin aku Mei”.
“Maaf untuk apa??”
“Aku udah gak jujur sama kamu”
“Ada
apa sih sebenernya??”
“Ini tentang Key”.
“Key?? Kenapa dia??”tanyaku mulai cemas
“Sebenernya Key,, Key meninggal, dah udah
seminggu yang lalu”.
“Apa??”
Aku benar-benar terkejut mendengar
berita itu. Seminggu yang lalu?? Dan aku baru saja di beritahu hari ini??.
Perasaanku sungguh tidak karuan saat itu, aku bingung, sedih, sakit, kecewa,
marah, tapi aku tidak bisa meluapkan segalanya begitu saja, yang bisa aku
lakukan hanyalah menangis, menangis dan menangis. Rasanya aku ingin berteriak
tapi tidak bisa, karena aku merasa tenggorokkanku seperti terjepit
sampai-sampai tidak bisa mengeluarkan suara. Aku merasa tuhan tidak adil
kepadaku saat ini, karena hanya aku yang tidak tahu akan peristiwa ini.
Aku
mencoba untuk menenangkan perasaanku, karena aku ingin mendengar cerita lebih
lanjut dari Chika yang sebenarnya. Chika memberikan sepucuk surat untukku, dan
dia berkata bahwa surat ini diberikan kepadanya tepat satu hari sebelum Key
meninggal dunia, dia juga berkata bahwa Key menyuruhnya untuk tidak memberitahukannku
tentang segalanya termasuk tentang penyakit kanker tulang yang selama ini dia
derita, karena dia tidak ingin melihatku sedih. Aku membuka surat itu dengan perlahan
yang berisikan:
Dear Meiko..
For
love.
Andai aja kamu tau kalau
semua hadiah – hadiah itu dari aku, mungkin sekarang kamu bakal marah dan kamu juga
gak akan mau jadi sahabatku lagi, dan aku gak mau hal itu terjadi, karena aku
takut kehilangan dirimu yang sangat berharga untukku. Maafin aku yang udah gak
jujur sama kamu selama ini, tapi aku punya alasan kenapa aku ngelakuin semua
ini. Aku ngelakuin semua ini karena aku cinta sama kamu, aku sayang sama kamu,
aku ingin kamu selalu ada untuk aku, tapi aku sadar aku gak akan mungkin bisa
memilikimu seutuhnya, karena kita adalah SAHABAT. Dan aku juga gak mau merusak
persahabatan kita hanya karena keegoisan aku. Biarlah aku gak bisa memilikimu,
yang penting aku bisa berada di dekatmu dan menjadi orang yang berharga dalam
hidupmu.
Makasih atas semuanya,
karenamu aku dapat bertahan hidup sampai saat ini. maaf aku tidak memberitahumu
tentang penyakit kanker yang selama ini aku derita. Aku takut, kalau aku
beritahu pada kamu, nanti kamu akan sedih dan aku tidak mau melihat senyumanmu hilang karenaku.
Aku
ingin waktu berputar kembali dan aku dapat mencintainya lagi. Tuhan... jika aku
diberi kesempatan untuk hidup sekali lagi di dunia ini, aku ingin mencintainya
untuk yang terakhir kali. My life become more beautiful and scattered with stars
because of love.
Setelah aku
membuka surat itu barulah aku mengerti
semuanya, semua hal yang tidak aku mengerti selama ini, aku juga
menyesal karena aku telah mengabaikan perasaanya kepadaku, tetapi mengapa dia
tidak mengatakan yang sejujurnya?? Andai saja aku tahu yang sebenarnya, mungkin
aku tidak akan sesakit ini sekarang dan aku juga tidak akan mungkin marah hanya
karena persoalan kecil seperti itu. Tapi ya sudahlah, tidak akanku sesali semua
itu. Kini aku hanya bisa berkata selamat jalan sahabat terbaikku, semoga kau
tenang di sana, aku sudah mengikhlaskan kepergianmu. Terimakasih untuk segala
yang sudah kau berikan kepadaku, akanku ukir semua kenangan indah bersamamu
dihatiku dan hanya tuhanlah yang dapat membalas semua kebaikanmu selama ini.
Maaf jika aku selama ini telah membuatmu marah, sedih, kecewa, dan semua yang
telah menyinggung perasaanmu, itu semua hanya kekhilafanku semata.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar