Sabtu, 26 Oktober 2013

Cerpen Pertama


For Love

Aku ingin waktu berputar kembali dan aku dapat mencintainya lagi. Tuhan... jika aku diberi kesempatan untuk hidup sekali lagi di dunia ini, aku ingin mencintainya untuk yang terakhir kali. My life become more beautiful and scattered with stars because of love.
Berawal dari 14 februari lalu, aku mendapatkan sebuah hadiah valentine yang berwarna merah muda. Hadiah itu adalah hadiah valentine pertama yang aku dapatkan, dan aku pun juga tidak tahu siapa pengirimnya. Di atas hadiah itu terdapat sepucuk surat yang hanya berisikan ucapan selamat hari valentine tanpa ada nama ataupun alamat dari si pengirim . Aku mulai merasa sedikit penasaran atas hadiah pertama yang baru saja aku dapatkan pada valentine tahun ini. Aku pun membuka hadiah itu dengan perlahan, rasa penasaranku tadi langsung berubah menjadi rasa senang setelah aku mengetahui ternyata hadiah itu berisikan sebuah Novel dan Coklat. Rasa senangku pun bertambah ketika mataku tertuju pada cover novel itu, novel cinta yang berjudul Cinta yang tak bisaku miliki, yang selama ini aku cari akhirnya bisa aku dapatkan. Di dalam buku itu terdapat puisi yang isinya, Cinta sangat berarti bagi setiap insan, karena tanpa cinta hidup menjadi tidak berarti. kalau saja cinta ini bisa ku bawa berlari hingga tak ada lagi pedih perih yang menghampiri. Tapi siapakah orang yang telah memberikan semua ini padaku???
Keesokan paginya aku berangkat seperti biasa menuju sekolah. Sesampainya di sekolah aku masuk langsung masuk ke kelas, ku dapati di atas mejaku sepucuk surat, dan aku membuka surat itu. Ternyata hanya puisi, yang isinya cinta... tak pernah habis waktuku untuk mengenangmu, karena kau begitu berharga dalam hidupku. Yang mana lagi-lagi tidak tercantum nama ataupun alamat dari si pengirim. Kali ini aku bener-bener semakin penasaran, sampai pada akhirnya aku putuskan untuk mencari tahu siapa yang telah memberikan semua ini padaku.
Aku mulai dengan bertanya kepada semua orang yang berada di kelasku. Tak satupun dari mereka tahu siapa yang telah memberikan ini padaku, lalu aku putuskan untuk menceritakan semua tentang hadiah valentine yang aku dapatkan secara misterius kepada kedua sahabat baikku Key dan Chika. Pada saat aku menceritakannya kepada mereka, aku melihat Key mendadak tunduk dan terdiam. Aku mulai heran dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah seperti itu, sampai pada akhirnya aku putuskan untuk bertanya pada Key.
“Kenapa kamu Key, kok dari tadi aku liat kamu diem aja?? Ada masalah?”
“Emmmm,,  gak apa kok Mei, aku cuma lagi mikir aja siapa ya yang udah ngasih semua itu sama kamu.”
“Kamu bener lagi mikirin masalah itu?”
“Iya Mei, masa aku bohong sih sama kamu.”
“Oke,,oke aku percaya deh. Tapi beneran kan?”
“Iya Meiko..”
Aku merasa ada yang aneh pada sikap Key hari ini, aku juga tidak yakin kalau dia memikirkan masalahku tadi.
            Bel pulang sekolah pun berbunyi, aku dan kedua sahabatku pulang bersama. Biasanya sepanjang perjalanan pulang kami selalu cerita-cerita tentang semua hal yang terjadi di sekolah, tapi hari ini berbeda. Key terlihat diam sepanjang perjalanan, aku semakin heran dengan sikapnya yang aneh hari ini. apa yang sebenarnya terjadi padanya?
            Suatu hari ketika aku sedang berjalan dikoridor sekolah, aku melihat Key berlari sambil memegang hidungnya dan aku juga melihat baju sekolah Key bersimbah darah, betapa tekejutnya aku melihat Key seperti itu. Ketika aku ingin berlari dan bertanya padanya, Bel masuk pun berbunyi. Aku pun tidak  jadi menemuinya dan memutuskan untuk langsung menuju ke kelas, karena pelajaran akan di mulai sebentar lagi. “Mungkin Key cuma kecapean aja, makanya hidungnya berdarah.” fikirku sejenak. Aku pun langsung melupakan kejadian itu.
            Tak terasa sudah satu minggu berlalu, dan aku masih tetap penasaran dengan semua hadiah-hadiah yang aku dapatkan sampai saat ini. Ditambah lagi dengan perubahan sikap Key yang semakin hari semakin aneh dan aku merasa kalau Key sedang menutupi sesuatu dariku, sesuatu yang aku tidak boleh tahu pastinya. Aku semakin bingung dengan semua hal yang sedang terjadi padaku beberapa waktu lalu sampai sekarang yang aku tidak mengerti ntah apa maksudnya.
            Pada hari minggu pukul 15.00 aku berencana untuk mengajak kedua sahabatku Chika dan Key jalan-jalan ke taman. Aku sangat senang karena di taman aku bisa makan ice cream bareng, dan tertawa lepas bersama sahabatku. Kami bersenang-senang sampai lupa waktu, aku langsung melihat jam ditanganku yang ternyata sudah pukul 17.30, aku pun mengajak mereka pulang. Ketika kami sedang berjalan pulang menuju rumah, Key mimisan dan tak berapa lama kemudian dia pingsan. Aku dan Chika panik dan langsung berteriak minta tolong. Aku mengambil ponselku dan menghubungi orang tua Key.
“Hallo, tante ”
“Iya mei, ada apa. Kok kamu panik gitu ngomongnya??”
“Key, tante.”
“Key kenapa??”
“Dia pingsan dan hidungnya berdarah”
“Kalian dimana sekarang, biar tante datang ke sana.”
“Kami di taman tante.”
“Ohh,, tunggu tante ya, jangan kemana-mana.”
tidak berapa lama kemudian Ibunya Key datang dan kami langsung menuju rumah sakit yang berada tidak jauh dari taman. Dalam perjalanan aku melihat tante sangat cemas, aku sudah berusaha membuat tante tenang. Tapi namanya orang tua pasti selalu sedih ketika melihat anaknya seperti itu. Sebenarnya aku ingin bertanya pada tante apa yang sedang terjadi pada Key, tapi aku tidak tega karena tante terlihat sangat sedih. Aku pun mengurungkan niatku untuk bertanya pada tante nanti.
Sudah  3jam Key tidak sadarkan diri. Aku bener-bener sangat mencemaskan keadaan Key saat ini, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengannya. Kenapa dia harus merasiakan semua ini padaku??, bagaimana pun aku adalah sahabatnya dan dia harus menceritakan semua ini kepadaku.
Tak berapa lama kemudian Key sadar, tante, aku dan Chika segera masuk ke kamarnya. Aku langsung berlari ke arah Key dan menggenggam tangannya erat sambil meneteskan air mata ketika melihat keadaan Key seperti itu. Dia menyuruhku dan Chika untuk lebih dekat dengannya karena ada yang ingin dia katakan pada kami berdua dan perlahan dia mulai bicara.
“Kalian berdua jangan nangis ya, aku gak apa kog.”(sambil tersenyum kecil)
“Key, kamu kenapa sih sebenarnya?, kenapa kamu tiba-tiba kayak gini?.”
“Aku gak apa Meiko, aku Cuma kecapean aja.”
“Kamu gak usah bohong Key, gak mungkin kamu Cuma kecapean.”
“Iya Key gak mungkin kamu Cuma kecapean aja, please Key jangan bohong.”
“Ngapain sih aku bohong sama kalian berdua.”
Pembicaraan kami terputus ketika seorang suster datang dan menyuruh kami untuk menunggu di luar karena pasien harus istirahat. Aku dan michiko menuruti perkataan suster tersebut. Kami pun langsung menunggu diluar dengan perasaan kecewa.
****
            Satu bulan berlalu. Semenjak keadaan Key yang seperti ini aku jadi melupakan semua tentang hadiah dan puisi yang aku dapatkan setiap hari, seakan semua itu tidak pernah terjadi dalam hidupku. Yang lebih anehnya lagi aku juga sudah tidak menerima itu semua, sebenarnya aku masih sangat penasaran dengan hadiah misterius itu, tapi aku berusaha untuk tidak memikirkannya lagi. Aku lebih memikirkan tentang keadaan Key yang masih belum bisa dipastikan kapan akan sembuh, ditambah lagi aku yang sampai saat ini masih belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Key, karena setiap aku ingin menanyakan tentang hal itu pasti ada saja alasan untuk tidak membahasnya.
            Aku dan Chika mengajak Key jalan-jalan keluar rumah untuk menghirup udara segar di pagi hari dengan menggunakan kursi rodanya. Aku melihat Key tersenyum beberapa kali, “mungkin dia sangat senang hari ini, karena dia bisa bersama sahabat baiknya” fikirku dalam hati. Aku senang bisa melihatnya tersenyum terus seperti itu, aku berharap senyuman itu bukanlah senyuman terakhir melainkan senyuman abadi yang akan ada selamanya. “Tuhan.. aku ingin melihat senyuman itu terus bersamanya selamanya.” Bisikku dalam hati.
            Keesokkan harinya aku datang kerumah Key sendirian, aku ingin memberinya kejutan kecil, karena hari ini adalah ulang tahunnya yang ke 17. Sesampainya didepan rumah Key aku melihat mamanya membuka pintu dengan membawa tas dan segala macam keperluan yang begitu banyak lalu memasukkannya kedalam bagasi mobil. Melihat semua itu aku pun langsung mendekat dan bertanya pada mamanya.
“Tante”
“Eh, Meiko.”
“Tante mau kemana, kok banyak banget bawaanya??”
“Hmm,, tante mau pergi ke singapura Mei.”
“Key ikut??”
“Iya, tante mau ngajak Key untuk berobat disana”
“Berobat?? sebenernya Key Sakit apa sih tante??”
“Key...”
“Mama.”
Lagi-lagi pembicaraan kami terputus, karena Key memanggil mamanya. Aku benar-benar semakin penasaran dengan semua ini, kenapa semua orang harus bersikap aneh kepadaku??. Apa salahku sebenarnya??, kenapa aku merasa semua orang menutupi sesuatu dariku??.
            Aku ikut mengantar Key sampai bandara. Aku duduk di belakang bersebelahan dengan Key, sepanjang perjalanan aku hanya terdiam menatap keluar jendela mobil. Sesekali air mataku jatuh, tapi aku berusaha menutupinya, aku tidak ingin ada yang tahu kalau aku menangis termasuk Key. Aku juga tidak ingin melihat kearah Key sepanjang perjalanan, karena aku merasa hatiku sakit ketika aku menatapnya.
            Sesampainya di bandara, aku bertemu dengan Chika. Betapa terkejutnya aku melihat dia berada di sini juga dengan maksud dan tujuan yang sama denganku pastinya. Aku merasa semua ini sudah direncanakan dengan baik tanpa sepengetahuanku. Mereka sengaja tidak memberitahuku tentang kepergian Key. “Sudahlah bukan saat yang tepat untuk memikirkan hal seperti itu saat ini” fikirku dalam hati. Sebelum dia pergi aku memberikan hadiah ulang tahun dan ucapan selamat untuknya sambil meneteskan air mata. Tiba-tiba saja Key langsung memelukku erat dan berkata “Mei, jaga dirimu baik–baik ya. Aku ingin kalian berdua tetap bersama”. Aku pun semakin tidak bisa menahan tangisku ketika dia berkata seperti itu padaku, aku hanya bisa diam sambil mendengar kata-katanya yang aku tidak tahu apa maksudnya. Untuk yang terakhir kali sebelum kepergiannya aku mengucapkan “Selamat tinggal sahabatku, aku bakal selalu setia nungguin kamu pulang, semoga kamu cepat sembuh ya”. Key dan mamanya pun langsung berjalan masuk ke dalam, karena sebentar lagi pesawat mereka akan berangkat.
****
                        Dua bulan berlalu...
            Tak terasa waktu berlalu begitu cepat dan Key tetap tidak ada kabar sampai sekarang. Sejak kepergian Key ke singapura aku merasa sangat kesepian. Tidak ada lagi senyuman yang biasa aku lihat dari wajahhnya, tidak ada lagi yang menghiburku pada saat aku sedang sedih. Semua terasa hampa sekarang, aku benar-benar merasa kehilangan dia sekarang. Aku rindu dengan semua yang sudah kami lalui bersama, aku juga rindu bagaimana cara dia menatapku ketika dia sedang marah padaku, aku ingin semua yang pernah terjadi dulu terjadi lagi saat ini.
            Keesokan harinya disekolah aku melihat Chika berlari kearahku sambil menangis dan langsung memelukku. Aku bingung apa yang sebenarnya terjadi denganya saat itu. Aku mencoba bertanya padanya apa yang sebenarnya terjadi dan dia tidak menjawabnya. Aku mencobanya bertanya padanya lagi untuk yang kedua kalinya, akhirnya dia menjawab dengan terbata-bata. Aku tidak  jelas mendengar kata-kata yang dia ucapkan dan terakhir aku bertanya padanya lagi untuk yang ketiga kalinya.
“Maafin aku Mei”.
“Maaf untuk apa??”
“Aku udah gak jujur sama kamu”
“Ada  apa sih sebenernya??”
“Ini tentang Key”.
“Key?? Kenapa dia??”tanyaku mulai cemas
“Sebenernya Key,, Key meninggal, dah udah seminggu yang lalu”.
“Apa??”
Aku benar-benar terkejut mendengar berita itu. Seminggu yang lalu?? Dan aku baru saja di beritahu hari ini??. Perasaanku sungguh tidak karuan saat itu, aku bingung, sedih, sakit, kecewa, marah, tapi aku tidak bisa meluapkan segalanya begitu saja, yang bisa aku lakukan hanyalah menangis, menangis dan menangis. Rasanya aku ingin berteriak tapi tidak bisa, karena aku merasa tenggorokkanku seperti terjepit sampai-sampai tidak bisa mengeluarkan suara. Aku merasa tuhan tidak adil kepadaku saat ini, karena hanya aku yang tidak tahu akan peristiwa ini.
            Aku mencoba untuk menenangkan perasaanku, karena aku ingin mendengar cerita lebih lanjut dari Chika yang sebenarnya. Chika memberikan sepucuk surat untukku, dan dia berkata bahwa surat ini diberikan kepadanya tepat satu hari sebelum Key meninggal dunia, dia juga berkata bahwa Key menyuruhnya untuk tidak memberitahukannku tentang segalanya termasuk tentang penyakit kanker tulang yang selama ini dia derita, karena dia tidak ingin melihatku sedih. Aku membuka surat itu dengan perlahan yang berisikan:

Dear Meiko..
                   For love.
Andai aja kamu tau kalau semua hadiah – hadiah itu dari aku, mungkin sekarang kamu bakal marah dan kamu juga gak akan mau jadi sahabatku lagi, dan aku gak mau hal itu terjadi, karena aku takut kehilangan dirimu yang sangat berharga untukku. Maafin aku yang udah gak jujur sama kamu selama ini, tapi aku punya alasan kenapa aku ngelakuin semua ini. Aku ngelakuin semua ini karena aku cinta sama kamu, aku sayang sama kamu, aku ingin kamu selalu ada untuk aku, tapi aku sadar aku gak akan mungkin bisa memilikimu seutuhnya, karena kita adalah SAHABAT. Dan aku juga gak mau merusak persahabatan kita hanya karena keegoisan aku. Biarlah aku gak bisa memilikimu, yang penting aku bisa berada di dekatmu dan menjadi orang yang berharga dalam hidupmu.
Makasih atas semuanya, karenamu aku dapat bertahan hidup sampai saat ini. maaf aku tidak memberitahumu tentang penyakit kanker yang selama ini aku derita. Aku takut, kalau aku beritahu pada kamu, nanti kamu akan sedih dan aku tidak  mau melihat senyumanmu hilang karenaku.

Aku ingin waktu berputar kembali dan aku dapat mencintainya lagi. Tuhan... jika aku diberi kesempatan untuk hidup sekali lagi di dunia ini, aku ingin mencintainya untuk yang terakhir kali. My life become more beautiful and scattered with stars because of love.
Setelah aku membuka surat itu barulah aku mengerti  semuanya, semua hal yang tidak aku mengerti selama ini, aku juga menyesal karena aku telah mengabaikan perasaanya kepadaku, tetapi mengapa dia tidak mengatakan yang sejujurnya?? Andai saja aku tahu yang sebenarnya, mungkin aku tidak akan sesakit ini sekarang dan aku juga tidak akan mungkin marah hanya karena persoalan kecil seperti itu. Tapi ya sudahlah, tidak akanku sesali semua itu. Kini aku hanya bisa berkata selamat jalan sahabat terbaikku, semoga kau tenang di sana, aku sudah mengikhlaskan kepergianmu. Terimakasih untuk segala yang sudah kau berikan kepadaku, akanku ukir semua kenangan indah bersamamu dihatiku dan hanya tuhanlah yang dapat membalas semua kebaikanmu selama ini. Maaf jika aku selama ini telah membuatmu marah, sedih, kecewa, dan semua yang telah menyinggung perasaanmu, itu semua hanya kekhilafanku semata.

Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar