Minggu, 17 September 2017

RESUME



Resume Buku
Metodologi Studi Islam


Judul Buku                         : Metodologi Studi Islam
Pengarang                           : Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A.
Penerbit                               : Rajawali Press Citra Niaga Buku   
                                               Perguruan Tinggi.
Tahun Cetak I                    : 1998
Cetakan                               : ke-18 Februari 2011.
Kota                                     : Jakarta
ISBN                                    : 979-421-706-9








RINGKASAN ISI BUKU
BAB I
PENDAHULUAN

Kehadiran agama islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas luasnya.
Petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat didalam sumber ajarannya, Al-Qur’an dan hadits, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia, dan sikap sikap positif lainnya.
Sebenarnya dalam ajaran agama islam itu mayoritas ajarannya mengacu kepada masalah sosial. Bahkan dalam suatu penelitian disimpulkan bahwasnya alqur’an memiliki empat hal yang bertemakan tentang kepedulian sosial. Pertama dalam al qur’an dan hadis proposial terbesar ditujukan kepada masalah sosial, kedua dalam kenyataan bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tapi tidak ditinggalkan). Ketiga, bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perseorangan. Keempat, bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal karena melanggar pantangan tertentu, maka kafaratnya ialah melakukan susuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.
Namun yang sangat mengecewakan, kenyataan islam sekarang ini menampilkan keadaan yang jauh dari cita ideal tersebut. Ibadah yang dilakukan umat islam seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya hanyalah sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan dengan tanpa ada nilai dimensi lain yang merupakan buah dari ibadah tersebut terutama dalam masalah sosial. Sehingga seolah olah agama hanyalah urusan individu, penyelamatan individu tanpa ada keberkahan sosial. Dan seakan akan agama bahkan tuhan sekalipun tidak hadir dalam problematika sosial kita walaupun nama-Nya sering kita dengarkan berkumandang dimana mana.
Syafi’i ma’arif dalam suatu kesempatan mengatakan bahwasanya penyebab dari kesenjangan antara citra islam dengan kenyataannya adalah yang pertama karena kualitas keagamaan umat yang masih rendah. Menurutnya proses islamisasi sesungguhnya secara kualitatif belum pernah mencapai tingkatnya yang sempurna, yang kedua cara umat islam sendiri yang keliru dalam memahami islam, Islam yang muatan ajaran banyak berkaitan dengan masalah masalah sosial ternyata belum dapat diangkat kepermukaan disebabkan metodee dan pendekatan yang kurang komprehensif atau menyeluruh.
Mukti ali juga mengatakan bahwasanya jika kita mempelajari cara orang dalam mendekati agama islam maka kita akan melihat tiga cara yang jelas tampak. Yang pertama adalah secara naqli (tradisional), yang kedua adalah pendekatan secara aqli (rasional), dan yang ketiga adalah pendekatan secara kasyf (mistis). Padahal dalam memahami agama itu harusnya ketiga cara pendekatan tersebut harus digunakan secara serempak, bukan terpisah pisah. 
Dan ternyata menurut sebuah penelitian menyatakan bahwa ternyata mayoritas studi islam hanya berorientasi untuk terciptanya lulusan yang dapat menghafal ajaran agama, tetapi tidak mampu mengembangkannya.
Maka dari itu melalui buku ini penulis mencoba membawa pembaca untuk memiliki wawasan yang utuh dan integral tentang islam, juga dapat mengembangkannya. Untuk itu masalah metode dan pendekatan dalam seluruh aspek ajaran islam dikemukakan dalam buku ini.
Selanjutnya buku ini juga mengemukakan telaan konstruksi teori penelitian agama berikut berbagai pendekatan dan teori teori yang digunakan dengan merujuk kepada pakar yang ahli dalam bidangnya, juga mengemukakan deskripsi tentang model penelitian tafsir, hadis, kalam, filsafat, tasawuf, fikih, politik, pendidikan islam, sejarah, pemikiran modern, dalam islam, antropologi, dan sosial agama.

A.    KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
Pengertian agama
1.      Secara etimologi (kebahasaan).
Mengartikan agama dari sudut kebahasaan akan terasa lebih mudah daripada mengartikan agama dari sudut istilah karena pengertian agama dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan subjektivitas dari oang yang mengartikannya. Lain halnya dengan dari segi bahasa, pengertian agama dari segi bahasa dapat kita ikuti antara lain uraian yang diberikan harun nasution. Menurutnya, dalam masyarakat indonesia selain dari kata agama, dikenal pula kata “din” dari bahasa arab dan kata religi dalam bahasa eropa. Ia mengatakan bahwa agama dari bahasa sanskerta tersusun dari 2 kata yaitu a=tidak dan gam =pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi secara turun temurun. Hal menunjukkan pada salah satu sifat agama yaitu diwarisi secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya. Kemudian ada yang mengatakan artinya adalah teks dan kitab suci, tuntunan yang  berarti tuntunan bagi kehidupan manusia.
Sedangkan kata religi berasal dari kata relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian demikian itu juga sejalan dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara cara mengabdi kepada tuhan yan gterkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca, tetapi ada juga yang mengatakan arti dari relegere adalah mengikat.
Dan dari beberapa definisi berikut, akhirnya harun nasution menyimpulkan bahwa intisari yang terkandung dalam istilah istilah diatas ialah ikatan. Agama memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kekuatan ghaib yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera.
2.      Secara terminologi
Adapun pengertian agama dari segi istilah dapat dikemukakan sebagai berikut. Elizabet  nottingham dalam bukunya agama dan masyarakat berpendapat bahwa agama adalah gejala yang begitu sering terdapat dimana mana sehingga sedikit membantu usaha usaha kita untuk membuat abstraksi ilmiah. Lebih lanjut Nottingham mengatakan bahwa agama berkaitan dengan usaha usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaaan alam semesta. Agama telah menimbulkan Khayalnya yang paling luas dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga perasaan takut dan ngeri. Dan durkheim mangatakan bahwa agama adalah pantulan dari solidaritas sosial. Bahkan kalau dikaji, katanya, tuhan itu sebenarnya adalah ciptaan masyarakat.

B.     LATAR BELAKANG PERLUNYA MANUSIA TERHADAP AGAMA
Ada tiga alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama. Ketiga alasan tersebut adalah:
1.      Latar belakang fitrah manusia
2.      Kelemahan dan kekurangan manusia
3.      Tantangan manusia

C.    BERBAGAI PENDEKATAN DIDALAM MEMAHAMI AGAMA
1.      Pendekatan teologis normatif
Yaitu upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu agama diaggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.
2.      Pendekatan antropologi
Yaitu salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
3.      Pendekatan sosiologis
Pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami masalah agama dapat dipahami karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial ini selanjutnya mendorong kaum agamawan memahami ilmu ilmu sosial sebagai alat untuk memahami agama.
4.      Pendekatan filosofis
Arti dari filsafat adalah sebuah upaya untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik objek formanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriyah. Maka dari itu filsafat dapat digunakan dalam memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama.
5.      Pendekatan historis
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan
6.      Pendekatan kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya. Di dalam kebudayaan tersebut terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat dan sebagainya. Kebudayaan yang demikian selanjutnya dapat pula digunakan untuk memahami agama yang terdapat pada tataran empiris atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat.


7.      Pendekatan psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala prilaku yang dapat diamatinya.

D.    PANDANGAN AJARAN ISLAM TENTANG ILMU SOSIAL
Sejak kelahirannya belasan abad lalu, islam telah tampil sebagai agama yang memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara hubungan manusia dengan Tuhan, antara hubungan manusia dengan manusia, dan antara urusan ibadah dengan urusan muamalah.
Selanjutnya jika kita adakan perbandingan antara perhatian islam terhadap urusan ibadah dengan urusan muamalah, ternyata islam menekankan urusan muamalah lebih besar daripada urusan ibadah dalam arti yang khusus. Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi sebagai masjid tempat mengabdi kepada allah dalam arti luas. Muamalah jauh lebih luas daripada ibadah dalam arti yang khusus.
Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan sebagaimana tersebut menjadi penting jika dikaitkan dengan situasi kemanusiaan dizaman modern ini. Kita mengetahui bahwa dewasa ini manusia menghadapi berbagai macam persoalan yang benar benar membutuhkan pemecahan segera. Kadang kadang kita merasa bahwa situasi yang penuh dengan problematika di dunia modern justru disebabkan oleh perkembangan pemikiran manusia sendiri. Dibalik kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia modern sesungguhnya menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan martabat manusia. Umat manusia telah berhasil mengorganisasikan ekonomi, menata struktur politik, serta membangun perdaban yang maju untuk dirinya sendiri, tetapi pada saat yang sama, kita juga melihat bahwa umat manusia talah menjadi tawanan dari hasil ciptaannya sendiri. Sejak manusia memasuki zaman modern mereka mampu mengembangkan potensi potensi rasionalnya, mereka memang telah membebaskan diri dari belenggu pemikiran mistis yang irrasional dan belenggu pemikiran hukum alam yang sangat mengikat kebebasan manusia. Tetapi ternyata di dunia modern ini manusia tak dapat melepaskan diri dari jenis belenggu lain, yaitu penyembahan kepada hasil ciptaannya sendiri.
Dalam keadaan demikian, kita saat ini nampaknya sudah mendesak untuk memiliki ilmu pengetahuan sosial yang mampu membebaskan manusia dari bebagai problema tersebut. Ilmu pengetahuan sosial yang dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan yang digali dari nilai nilai agama. Kuntowijoyo menyebutnya sebagai ilmu sosial profetik.

E.     PENGERTIAN DAN SUMBER AJARAN ISLAM
Dari segi bahasa islam berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian.
Adapun pengertian islam dari segi istilah akan kita dapati rumusan yang berbeda beda. Dan dari berbagai pendapat yang bermacam macam itu dapat diambil kesimpulan bahwasanya pengertian islam secara istilah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT. Bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari nabi Muhammad SAW. Posisi nabi dalam agama islam diakui sebagai yang ditugasi oleh allah untuk menyebarkan ajaran islam tersebut kepada umat manusia. Dalam proses penyebaran agama islam, nabi terlibat dalam memberi keterangan, penjelasan, uraian, dan contoh praktiknya.

F.     SUMBER AJARAN ISLAM
Diantara sumber agama islam adalah:
1.      Al Qur’an
2.      As Sunnah





G.    KARAKTERISTIK AGAMA ISLAM
1.      Bidang agama
Karakteristik agama islam dalam visi keagamaannya bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan, dan saling menghargai karena dalam pluralitas agama tersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian kepada tuhan.
2.      Bidang ibadah
Visi islam tentang ibadah adalah merupakan sifat, jiwa, dan misi ajaran islam itu sendiri yang sejalan dengan tugas penciptaan manusia, sebagai makhluk yang hanya diperintahkan agar beribadah kepadanya.
3.      Bidang akidah
Akidah dalam agama islam bukan sekedar keyakinan dalam hati, melainkan pada tahap selanjutnya harus menjadi acuan dan dasar dalam bertingkah laku, serta berbuat yang pada akhirnya menimbulkan amal saleh.
4.      Bidang ilmu dan kebudayaan
Karakteristik islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut dapat pula dilihat dari lima ayat pertama dari surat al alaq. Iqro dalam ayat ini bukan hanya berarti membaca tetapi juga berarti menelaah mengobservasi, membandingkan, mengukur, mendiskripsikan, menganalisis, dan penyimpulan secara induktif. Islam dengan demikian kuatnya mendorong manusia agar memiliki ilmu pengetahuan dengan cara menggunakan akalnya untuk berfikir, merenung, dan sebagainya. Demikian pentingkan ilmu ini hingga islam memandang bahwa orang menuntut ilmu sama nilainya dengan jihad dijalan Allah.
5.      Bidang pendidikan
Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang (education for all) baik laki-laki maupun perempuan dan berlangsung sepanjang hayat (long life). Dan, semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan dapat dipahami dari surat Al-‘Alaq tersebut.


6.      Bidang Sosial
Ajaran islam di bidang sosial termasuk yang paling menonjol karena seluruh bidang ajaran islam telah sebutkan sebagaimana diatas pada akhirnya di tunjukkan untuk kesejahteraan manusia. Kualitas dan ketinggian derajat seseorang ditentukan oleh ketakwaan nya yang di tunjukkan melalui prestasi kerja nya yang bermanfaat bagi manusia. Menurut penelitian yang dilakukan Jalauddin Rahmat islam ternyata agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar daripada urusan ibadah, islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat pengabdian kepada Allah SWT. Muamalah jauh lebih luas daripada ibadah. Islam menilai bahwa ibadah yang dilakukan berjamaah lebih tinggi 27 derajat dari orang yang melakukan shalat secara perorangan.
7.      Bidang kehidupan ekonomi
Islam memandang bahwa kehidupan yang harus dilakukan manusia adalah hidup yang seimbang antara urusan dunia dan akhirat. Urusan dunia dikejar dalam rangka mengejar kehidupan akhirat dan kehidupan akhir dicapai dengan dunia, orang yang baik adalah orang yang meraih keduanya secara seimbang, karena dunia adalah alat menuju akhirat, dan jangan dibalik yakni akhirat dikorbankan untuk urusan dunia. Pandangan islam mengenai kehidupan demikian itu secara tidak langsung menolak kehidupan yang bercorak sekularistik, yaitu kehidupan yang memisahkan antara urusan dunia dengan urusan agama, agama harus terlibat dalam mengatur kehidupan dunia. Dalam etimologi islam, bahwa alam raya dengan segala isinya sebagai ladang untuk mencari kehidupan yang suci dalam arti tidak haram untuk dimanfaatkan.
8.      Bidang kesehatan
Ajaran islam tentang kesehatan berpedoman pada prinsip pencegahan lebih diutamakan daripada penyembuhan (Al-wiqayah khair min al-‘ilaj) bertaubat sebagaimana dikemukakan pada Q.S. Al-Baqarah, 2:222. Selanjutnya, diterangkan pada Q.S. Al-Mudatsir, 74:4-5.
9.      Bidang politik
Islam menghendaki suatu ketaatan kritis, yaitu ketaatan yang didasarkan pada tolak ukur kebenaran dari tuhan yang terdapat pada surat Q.S. An-Nisa 156. Masalah politik ini selanjutnya berhubungan dengan bentuk pemerintahan, islam tidak menetapkan bentuk pemerintahan tertentu oleh karena nya setiap bangsa boleh saja menentukan bentuk Negara nya masing-masing sesuai seleranya. Namun, yang terpenting bentuk pemerintahan tersebut harus digunakan sebagai alat ukur menegakkan keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, keamanan, kedamaian, dan ketenteraman masyarakat.
10.  Bidang pekerjaan
Untuk menghasilkan produk pekerjaan yang bermutu, islam memandang kerja yang dilakukan dalan kerja professional yaitu kerja yang di dukung ilmu pengetahuan, keahlian, pengalaman, kesungguhan, dsb. Sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. Al-Mulk 67:2.
11.  Islam sebagai disiplin ilmu
Menurut peraturan mentri RI Tahun 1985 bahwa yang termasuk disiplin ilmu keislaman adalah Alqur’an/Tafsir, Hadis/Ilmu, Ilmu Kalam, Filsafat, Tasawuf, Hukum Islam, Sejarah Kebudayaan Islam, serta Pendidikan Islam. Secara domain ditandai oleh pendekatan normative, historis, dan filosofis tersebut terlihat bahwa ajaran islam memiliki cirri-ciri yang secara keseluruhan amat ideal.
Dan dari semua itu agama islam memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki oleh agama agama selain agama islam

H.    MISI AJARAN ISLAM
Terdapat sejumlah argumentasi yang dapat digunakan untuk menyatakan bahwa misi ajaran islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam. Argumentasi tersebut diantaranya:

1.      Untuk menunjukkan bahwa islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari pengertian islam itu sendiri. Kata islam makna aslinya masuk dalam perdamaian, dan orang muslim ialah orang yang damai dengan allah dan damai dengan manusia.
2.      Misi ajaran islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam dapat juga dilihat dari peran peran yang dimainkan islam dalam menangani berbagai problematika agama, sosial, ekonomi,  politik, hukum, pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya.
3.      Misi islam dapat juga dilihat dari misi ajaran yang dibawa dan dipraktikan oleh Nabi Muhammad SAW.
4.      Misi islam selanjutnya dapat pula dilihat pada kedudukannya sebagai sumber nilai dan pandangan hidup manusia.
5.      Misi ajaran islam sebagai pembawa rahmat dapat pula dilihat dari peran yang dimainkannya dalam sejarah.
6.      Juga dapat dilihat dari praktik hubungan islam dengan penganut agama lain.

I.       METODOLOGI PEMAHAMAN ISLAM
Metodologi pemahaman islam adalah  cara-cara yang dikemukakan oleh seseorang atau kelompok dengan tidak keluar dari pedoman agama Islam itu sendiri (Al-Qur’an dan hadits) supaya dapat magetahui bagaimana cara memahami agama islam dengan benar.

J.      KEGUNAAN METODOLOGI
Untuk mencapai suatu kemajuan, kejeniusan saja belum cukup, melainkan harus dilengkapi dengan ketepatan memilih metode yang akan digunakan untuk kerjanya dalam bidang pengetahuan. Metode dan berpikir yang benar tak ubahnya seperti orang yang berjalan. Seorang yang lumpuh sebelah kakinya dan tidak dapat berjalan dengan cepat, tetapi memilih jalan yang benar akan mencapai tujuannya lebih cepat daripada jago lari yang mengambil jalan yang terjal lagi berkelok kelok. Betapapun cepat jago lari tersebut, ia akan datang pada terpat yang dituju, sedangkan orang yang lumpuh sebelah kakinya yang memilih jalan yang benar akan sampai kepada tujuan dengan segera. Selain itu penguasaan metode yang tepat dapat menyebabkan seseorang mengembangkan ilmu yang dimilikinya. Sebaliknya mereka yang tidak menguasai metode hanya akan menjadi konsumen ilmu, dan bukan menjadi produsen.

K.    STUDI ISLAM
Banyak orang berselisih pendapat apakah islam itu termasuk kedalam sains atau ilmu pengetahuan. Mengingat sifat dan karakteristik antara ilmu pengetahuan dan agama berbeda. Ilmu pengetahuan dapat dikritisi, sedangkan agama dengan alasan apapun tidak dapat dikritik karena merupakan ajaran dari tuhan yang memiliki kebenaran yang mutlak tidak relatif.
Sehingga muncullah pendapat yang memisahkan atau membedakan antara sains islam dengan studi islam. Sains islam mencakup berbagai pengetahuan modern seperti kedokteran, astronomi, matematika, fisika, dan sebagainya yang dibangun atas arahan nilai nilai islami. Sementara studi islam adalah pengetahuan yang dirumuskan dari ajaran islam yang dipraktikkan dalam sejarah dan kehidupan manusia, sedang pengetahuan agama adalah pengetahuan yang sepenuhnya diambil dari ajaran ajaran allah dan Rasulnya secara murni tanpa dipengaruhi sejarah, seperti ajaran tentang akidah, ibadah, membaca al Qur’an dan akhlak.

L.     METODE MEMAHAMI ISLAM
Berbagai pendapat diajukan untuk metode memahami islam diantaranya metode yang digunakan oleh ali syari’ati. Ia mengatakan bahwasanya cara memahami islam salah satunya ialah dengan mengenal allah dan membandingkannya dengan sesembahan agama lain. Cara lainnya ialah dengan mempelajari kitab alqur’an dan membandingkannya dengan kitab-kitab samawi lainnya. Tetapi ada lagi cara lain yaitu dengan mempelajari kepribadian rasul islam dan membandingkannya dengan tokoh tokoh besar pembaruan yang pernah hidup dalam sejarah. Akhirnya ada satu cara lagi ialah dengan mempelajari tokoh tokoh islam terkemuka dan membandingkannya dengan tokoh tokoh utama agama maupun aliran aliran pemikiran lain.
Selain menggunakan pendekatan komparasi, Ali Syari’ati juga menawarkan cara memahami islam melalui pendekatan aliran. Dalam hubungan ini, ia mengatakan bahwa tugas intelektual hari ini adalah mempelajari dan memahami islam sebagai aliran pemikiran yang membangkitkan kehidupan manusia, perseorangan maupun masyarakat. Dan bahwa sebagai intelektual dia memikul amanah demi masa depan umat manusia yang lebih baik. Dia harus menyadari tugas ini sebagai tugas pribadi dan apapun bidang studinya dia harus senantiasa menumbuhkan pemahaman yang segar tentang islam dan tentang tokoh tokoh besarnya sesuai dengan bidangnya masing masing.
Sedangkan Nasruddin Razak mengemukakan pendapatnya. Ia menawarkan metode pemahaman islam secara menyeluruh. Menurutnya bahwa memahami islam secara menyeluruh adalah penting walaupun tidak secara detail. Begitulah cara paling minimal untuk memahami agama paling besar sekarang ini agar menjadi pemeluk agama yang mantap dan untuk menumbuhkan sikap hormat bagi pemeluk agama lainnya. Dan untuk memahami Islam secara benar Nasruddin Razak mengajukan 4 cara:
1.      Islam harus dipelajari dari sumber yang asli, yaitu Al Qur’an dan As Sunnah Rasulullah.
2.      Islam harus dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara sebagian saja.
3.      Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar, kaum zuama dan sarjana-sarjana islam, karena pada umumnya mereka memiliki pemahaman islam yang baik.
4.      Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis yang ada dalam al qur’an, baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris, dan sosiologis yang ada di masyarakat.


M.   ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

Memasuki abad kedua puluh masehi, keadaan dunia ditandai oleh kemajuan yang dicapai oleh barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan segala implikasinya, yaitu berupa penjajahan mereka atas dunia islam. Negara negara yang dahulu masuk ke dalam hegemoni islam seperti spanyol, india, sisilia, dan sebagainya sudah mulai melepaskan diri dari islam dan berdiri sendiri sebagai negara yang sepenuhnya berada diluar ideologi islam. Demikian pula negara negara yang sepenuhnya dikuasai islam juga sudah banyak yang menjadi jajahan bangsa bangsa lain. Negara negara tersebut antara lain mesir, turki, malaysia, dan Indonesia.
Menghadapi keadaan yang demikian itu, umat islam mencari sebab sebabnya. Sebab sebab tersebut yang utama diantaranya karena umat islam tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta adanya perpecahan.
Dikalangan umat islam paling kurang timbul tiga sikap menghadapi keterbelakangan dalam bidang ilmu pengetahuan tersebut sebagai berikut.
1.      Sikap yang didasarkan pada asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari barat sebagai ilmu pengetahuan yang sekular dan harus ditolak.
2.      Sikap yang didasarkan pada asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari barat sebagai ilmu yang bersifat netral. Karenanya ilmu tersebut harus diterima apa adanya tanpa disertai rasa curiga dan sebagainya.
3.      Sikap yang didasarkan pada asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari barat sebagai ilmu yang bersikap sekular dan materialisme. Namun dapat diterima oleh umat islam dengan terlebih dahulu dilakukan proses islamisasi.
Ketiga sikap tersebut satu dan lainnya memiliki pengaruh sendiri sendiri dimasyarakta dengna segala implikasinya. Sutdi dalam bab ini adalah penjabaran lebih lanjut dari sikap yan gketiga sebagaimana tersebut diatas, yaitu sikap mengislamkan ilmu pengetahuan.
Islamisasi ilmu pengetahuan pada hakikatnya adalah suatu upaya untuk mentransformasikan nilai nilai keislaman ke dalam berbagai bidang kehidupan manusia, khususnya ilmu pengetahuan. Dengan Islamisasi ilmu pengetahuan dapat diketahui dengan jelas, bahwa islam bukan hanya mengatur segi segi ritualitas dalam arti shalat, puasa, zakat, dan haji melainkan sebuah ajaran yang mengintegdrasikan segi segi kehidupan duniawi termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Ditengah tengah masyarakat yang masih dilanda krisis dalam berbagai bidang kehidupan seperti sekarang ini, islamisasi ilmu pengetahuan semakin  dipandang relevan daya antisipatifnya.
Di tengah-tengah perdebatan disekitar setuju atau tidak setuju dengan islamisasi ilmu pengetahuan tersebut, tampaknya islamisasi ilmu pengetahuan tersebut pada akhirnya merupakan suatu keharusan. Lahirnya industri perbankan yang berbasiskan syariat seperti yang dipraktikkan pada bank muamalat Indonesia (BMI), bank Syariah Mandiri, dan sebagainya menunjukkan pentingnya nilai nilai islam terintergrasi dalam sistem perekonomian yang dikembangkan masyarakat. Demikian pula praktik kehidupan kenegaraan yang semakin menuntut perlunya ditegakkan asas keadilan, kejujuran, demokrasi, transparasi, dan sebagainya menunjukkan bahwa nilai nilai islam perlu diintegrasikan ke dalam praktik kenegaraan. Demikian pula munculnya universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukan pada upaya mengintergrasikan ilmu agama dan umum, juga merupakan bukti perlunya program islamisasi ilmu pengetahuan itu dilaksanakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar