Resume Buku
Metodologi Studi Islam
Judul Buku : Metodologi Studi Islam
Pengarang : Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A.
Penerbit : Rajawali Press Citra Niaga Buku
Perguruan Tinggi.
Tahun Cetak I : 1998
Cetakan : ke-18 Februari 2011.
Kota : Jakarta
ISBN : 979-421-706-9
RINGKASAN
ISI BUKU
BAB
I
PENDAHULUAN
Kehadiran agama islam
yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan
manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk
tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini
secara lebih bermakna dalam arti yang seluas luasnya.
Petunjuk agama mengenai
berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat didalam sumber ajarannya, Al-Qur’an
dan hadits, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang
dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material
dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu,
bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan,
anti feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak
mulia, dan sikap sikap positif lainnya.
Sebenarnya dalam ajaran
agama islam itu mayoritas ajarannya mengacu kepada masalah sosial. Bahkan dalam
suatu penelitian disimpulkan bahwasnya alqur’an memiliki empat hal yang
bertemakan tentang kepedulian sosial. Pertama dalam al qur’an dan hadis
proposial terbesar ditujukan kepada masalah sosial, kedua dalam kenyataan bila
urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka
ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tapi tidak ditinggalkan). Ketiga,
bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar
daripada ibadah yang bersifat perseorangan. Keempat, bila urusan ibadah
dilakukan tidak sempurna atau batal karena melanggar pantangan tertentu, maka
kafaratnya ialah melakukan susuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.
Namun yang sangat
mengecewakan, kenyataan islam sekarang ini menampilkan keadaan yang jauh dari
cita ideal tersebut. Ibadah yang dilakukan umat islam seperti shalat, puasa,
zakat, haji, dan sebagainya hanyalah sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan
dengan tanpa ada nilai dimensi lain yang merupakan buah dari ibadah tersebut
terutama dalam masalah sosial. Sehingga seolah olah agama hanyalah urusan
individu, penyelamatan individu tanpa ada keberkahan sosial. Dan seakan akan
agama bahkan tuhan sekalipun tidak hadir dalam problematika sosial kita
walaupun nama-Nya sering kita dengarkan berkumandang dimana mana.
Syafi’i ma’arif dalam
suatu kesempatan mengatakan bahwasanya penyebab dari kesenjangan antara citra
islam dengan kenyataannya adalah yang pertama karena kualitas keagamaan umat
yang masih rendah. Menurutnya proses islamisasi sesungguhnya secara kualitatif
belum pernah mencapai tingkatnya yang sempurna, yang kedua cara umat islam
sendiri yang keliru dalam memahami islam, Islam yang muatan ajaran banyak
berkaitan dengan masalah masalah sosial ternyata belum dapat diangkat
kepermukaan disebabkan metodee dan pendekatan yang kurang komprehensif atau
menyeluruh.
Mukti ali juga
mengatakan bahwasanya jika kita mempelajari cara orang dalam mendekati agama
islam maka kita akan melihat tiga cara yang jelas tampak. Yang pertama adalah
secara naqli (tradisional), yang kedua adalah pendekatan secara aqli
(rasional), dan yang ketiga adalah pendekatan secara kasyf (mistis). Padahal
dalam memahami agama itu harusnya ketiga cara pendekatan tersebut harus
digunakan secara serempak, bukan terpisah pisah.
Dan ternyata menurut
sebuah penelitian menyatakan bahwa ternyata mayoritas studi islam hanya
berorientasi untuk terciptanya lulusan yang dapat menghafal ajaran agama,
tetapi tidak mampu mengembangkannya.
Maka dari itu melalui
buku ini penulis mencoba membawa pembaca untuk memiliki wawasan yang utuh dan
integral tentang islam, juga dapat mengembangkannya. Untuk itu masalah metode
dan pendekatan dalam seluruh aspek ajaran islam dikemukakan dalam buku ini.
Selanjutnya buku ini
juga mengemukakan telaan konstruksi teori penelitian agama berikut berbagai
pendekatan dan teori teori yang digunakan dengan merujuk kepada pakar yang ahli
dalam bidangnya, juga mengemukakan deskripsi tentang model penelitian tafsir,
hadis, kalam, filsafat, tasawuf, fikih, politik, pendidikan islam, sejarah,
pemikiran modern, dalam islam, antropologi, dan sosial agama.
A.
KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP
AGAMA
Pengertian agama
1. Secara etimologi
(kebahasaan).
Mengartikan agama dari
sudut kebahasaan akan terasa lebih mudah daripada mengartikan agama dari sudut
istilah karena pengertian agama dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan
subjektivitas dari oang yang mengartikannya. Lain halnya dengan dari segi
bahasa, pengertian agama dari segi bahasa dapat kita ikuti antara lain uraian
yang diberikan harun nasution. Menurutnya, dalam masyarakat indonesia selain
dari kata agama, dikenal pula kata “din” dari bahasa arab dan kata religi dalam
bahasa eropa. Ia mengatakan bahwa agama dari bahasa sanskerta tersusun dari 2
kata yaitu a=tidak dan gam =pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap
ditempat, diwarisi secara turun temurun. Hal menunjukkan pada salah satu sifat
agama yaitu diwarisi secara turun temurun dari satu generasi ke generasi
lainnya. Kemudian ada yang mengatakan artinya adalah teks dan kitab suci,
tuntunan yang berarti tuntunan bagi
kehidupan manusia.
Sedangkan kata religi
berasal dari kata relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca.
Pengertian demikian itu juga sejalan dengan isi agama yang mengandung kumpulan
cara cara mengabdi kepada tuhan yan gterkumpul dalam kitab suci yang harus
dibaca, tetapi ada juga yang mengatakan arti dari relegere adalah mengikat.
Dan dari beberapa definisi
berikut, akhirnya harun nasution menyimpulkan bahwa intisari yang terkandung
dalam istilah istilah diatas ialah ikatan. Agama memang mengandung arti ikatan
yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar
sekali terhadap kehidupan manusia sehari hari. Ikatan itu berasal dari suatu
kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kekuatan ghaib yang tak dapat
ditangkap oleh pancaindera.
2. Secara terminologi
Adapun pengertian agama
dari segi istilah dapat dikemukakan sebagai berikut. Elizabet nottingham dalam bukunya agama dan masyarakat
berpendapat bahwa agama adalah gejala yang begitu sering terdapat dimana mana
sehingga sedikit membantu usaha usaha kita untuk membuat abstraksi ilmiah.
Lebih lanjut Nottingham mengatakan bahwa agama berkaitan dengan usaha usaha
manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan
keberadaaan alam semesta. Agama telah menimbulkan Khayalnya yang paling luas
dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap
orang lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna
dan juga perasaan takut dan ngeri. Dan durkheim mangatakan bahwa agama adalah
pantulan dari solidaritas sosial. Bahkan kalau dikaji, katanya, tuhan itu sebenarnya
adalah ciptaan masyarakat.
B.
LATAR BELAKANG PERLUNYA
MANUSIA TERHADAP AGAMA
Ada tiga alasan yang
melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama. Ketiga alasan tersebut
adalah:
1.
Latar belakang fitrah
manusia
2.
Kelemahan dan kekurangan
manusia
3.
Tantangan manusia
C.
BERBAGAI PENDEKATAN
DIDALAM MEMAHAMI AGAMA
1.
Pendekatan teologis
normatif
Yaitu upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang
bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu agama diaggap
sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.
2.
Pendekatan antropologi
Yaitu salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik
keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
3.
Pendekatan sosiologis
Pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami masalah agama dapat dipahami
karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial.
Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial ini selanjutnya mendorong kaum
agamawan memahami ilmu ilmu sosial sebagai alat untuk memahami agama.
4.
Pendekatan filosofis
Arti dari filsafat adalah sebuah upaya untuk menjelaskan inti, hakikat,
atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik objek formanya. Filsafat
mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang terdapat dibalik yang
bersifat lahiriyah. Maka dari itu filsafat dapat digunakan dalam memahami
ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama
dapat dimengerti dan dipahami secara seksama.
5.
Pendekatan historis
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai
peristiwa dengan memperhatikan
6.
Pendekatan kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil daya cipta
manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang
dimilikinya. Di dalam kebudayaan tersebut terdapat pengetahuan, keyakinan,
seni, moral, adat istiadat dan sebagainya. Kebudayaan yang demikian selanjutnya
dapat pula digunakan untuk memahami agama yang terdapat pada tataran empiris
atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat.
7.
Pendekatan psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa
seseorang melalui gejala prilaku yang dapat diamatinya.
D.
PANDANGAN AJARAN ISLAM
TENTANG ILMU SOSIAL
Sejak kelahirannya belasan
abad lalu, islam telah tampil sebagai agama yang memberi perhatian pada keseimbangan
hidup antara dunia dan akhirat, antara hubungan manusia dengan Tuhan, antara
hubungan manusia dengan manusia, dan antara urusan ibadah dengan urusan
muamalah.
Selanjutnya jika kita
adakan perbandingan antara perhatian islam terhadap urusan ibadah dengan urusan
muamalah, ternyata islam menekankan urusan muamalah lebih besar daripada urusan
ibadah dalam arti yang khusus. Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan
sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan
seluruh bumi sebagai masjid tempat mengabdi kepada allah dalam arti luas.
Muamalah jauh lebih luas daripada ibadah dalam arti yang khusus.
Keterkaitan agama dengan
masalah kemanusiaan sebagaimana tersebut menjadi penting jika dikaitkan dengan
situasi kemanusiaan dizaman modern ini. Kita mengetahui bahwa dewasa ini
manusia menghadapi berbagai macam persoalan yang benar benar membutuhkan
pemecahan segera. Kadang kadang kita merasa bahwa situasi yang penuh dengan
problematika di dunia modern justru disebabkan oleh perkembangan pemikiran
manusia sendiri. Dibalik kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia modern
sesungguhnya menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan martabat manusia.
Umat manusia telah berhasil mengorganisasikan ekonomi, menata struktur politik,
serta membangun perdaban yang maju untuk dirinya sendiri, tetapi pada saat yang
sama, kita juga melihat bahwa umat manusia talah menjadi tawanan dari hasil
ciptaannya sendiri. Sejak manusia memasuki zaman modern mereka mampu
mengembangkan potensi potensi rasionalnya, mereka memang telah membebaskan diri
dari belenggu pemikiran mistis yang irrasional dan belenggu pemikiran hukum
alam yang sangat mengikat kebebasan manusia. Tetapi ternyata di dunia modern
ini manusia tak dapat melepaskan diri dari jenis belenggu lain, yaitu
penyembahan kepada hasil ciptaannya sendiri.
Dalam keadaan demikian,
kita saat ini nampaknya sudah mendesak untuk memiliki ilmu pengetahuan sosial
yang mampu membebaskan manusia dari bebagai problema tersebut. Ilmu pengetahuan
sosial yang dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan yang digali dari nilai nilai
agama. Kuntowijoyo menyebutnya sebagai ilmu sosial profetik.
E.
PENGERTIAN DAN SUMBER
AJARAN ISLAM
Dari segi bahasa islam
berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat,
sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama
yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian.
Adapun pengertian islam
dari segi istilah akan kita dapati rumusan yang berbeda beda. Dan dari berbagai
pendapat yang bermacam macam itu dapat diambil kesimpulan bahwasanya pengertian
islam secara istilah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang
dari Allah SWT. Bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari nabi
Muhammad SAW. Posisi nabi dalam agama islam diakui sebagai yang ditugasi oleh
allah untuk menyebarkan ajaran islam tersebut kepada umat manusia. Dalam proses
penyebaran agama islam, nabi terlibat dalam memberi keterangan, penjelasan,
uraian, dan contoh praktiknya.
F.
SUMBER AJARAN ISLAM
Diantara sumber agama
islam adalah:
1.
Al Qur’an
2.
As Sunnah
G.
KARAKTERISTIK AGAMA ISLAM
1.
Bidang agama
Karakteristik agama islam dalam visi keagamaannya bersifat toleran, pemaaf,
tidak memaksakan, dan saling menghargai karena dalam pluralitas agama tersebut terdapat
unsur kesamaan yaitu pengabdian kepada tuhan.
2.
Bidang ibadah
Visi islam tentang ibadah adalah merupakan sifat, jiwa, dan misi ajaran
islam itu sendiri yang sejalan dengan tugas penciptaan manusia, sebagai makhluk
yang hanya diperintahkan agar beribadah kepadanya.
3.
Bidang akidah
Akidah dalam agama islam bukan sekedar keyakinan dalam hati, melainkan pada
tahap selanjutnya harus menjadi acuan dan dasar dalam bertingkah laku, serta
berbuat yang pada akhirnya menimbulkan amal saleh.
4.
Bidang ilmu dan kebudayaan
Karakteristik islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut
dapat pula dilihat dari lima ayat pertama dari surat al alaq. Iqro dalam ayat
ini bukan hanya berarti membaca tetapi juga berarti menelaah mengobservasi,
membandingkan, mengukur, mendiskripsikan, menganalisis, dan penyimpulan secara induktif. Islam dengan demikian kuatnya mendorong
manusia agar memiliki ilmu pengetahuan dengan cara menggunakan akalnya untuk
berfikir, merenung, dan sebagainya. Demikian pentingkan ilmu ini hingga islam
memandang bahwa orang menuntut ilmu sama nilainya dengan jihad dijalan Allah.
5.
Bidang pendidikan
Islam memandang bahwa pendidikan
adalah hak bagi setiap orang (education
for all) baik laki-laki maupun perempuan dan berlangsung sepanjang hayat (long life). Dan, semua aspek yang
berkaitan dengan pendidikan dapat dipahami dari surat Al-‘Alaq tersebut.
6.
Bidang
Sosial
Ajaran islam di bidang sosial
termasuk yang paling menonjol karena seluruh bidang ajaran islam telah sebutkan
sebagaimana diatas pada akhirnya di tunjukkan untuk kesejahteraan manusia.
Kualitas dan ketinggian derajat seseorang ditentukan oleh ketakwaan nya yang di
tunjukkan melalui prestasi kerja nya yang bermanfaat bagi manusia. Menurut
penelitian yang dilakukan Jalauddin Rahmat islam ternyata agama yang menekankan
urusan muamalah lebih besar daripada urusan ibadah, islam adalah agama yang
menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat pengabdian kepada Allah SWT.
Muamalah jauh lebih luas daripada ibadah. Islam menilai bahwa ibadah yang
dilakukan berjamaah lebih tinggi 27 derajat dari orang yang melakukan shalat
secara perorangan.
7.
Bidang kehidupan ekonomi
Islam memandang bahwa kehidupan yang
harus dilakukan manusia adalah hidup yang seimbang antara urusan dunia dan
akhirat. Urusan dunia dikejar dalam rangka mengejar kehidupan akhirat dan
kehidupan akhir dicapai dengan dunia, orang yang baik adalah orang yang meraih
keduanya secara seimbang, karena dunia adalah alat menuju akhirat, dan jangan
dibalik yakni akhirat dikorbankan untuk urusan dunia. Pandangan islam mengenai
kehidupan demikian itu secara tidak langsung menolak kehidupan yang bercorak
sekularistik, yaitu kehidupan yang memisahkan antara urusan dunia dengan urusan
agama, agama harus terlibat dalam mengatur kehidupan dunia. Dalam etimologi
islam, bahwa alam raya dengan segala isinya sebagai ladang untuk mencari
kehidupan yang suci dalam arti tidak haram untuk dimanfaatkan.
8.
Bidang kesehatan
Ajaran islam tentang kesehatan
berpedoman pada prinsip pencegahan lebih diutamakan daripada penyembuhan
(Al-wiqayah khair min al-‘ilaj) bertaubat sebagaimana dikemukakan pada Q.S.
Al-Baqarah, 2:222. Selanjutnya, diterangkan pada Q.S. Al-Mudatsir, 74:4-5.
9.
Bidang politik
Islam menghendaki suatu ketaatan
kritis, yaitu ketaatan yang didasarkan pada tolak ukur kebenaran dari tuhan
yang terdapat pada surat Q.S. An-Nisa 156. Masalah politik ini selanjutnya
berhubungan dengan bentuk pemerintahan, islam tidak menetapkan bentuk
pemerintahan tertentu oleh karena nya setiap bangsa boleh saja menentukan
bentuk Negara nya masing-masing sesuai seleranya. Namun, yang terpenting bentuk
pemerintahan tersebut harus digunakan sebagai alat ukur menegakkan keadilan,
kemakmuran, kesejahteraan, keamanan, kedamaian, dan ketenteraman masyarakat.
10.
Bidang pekerjaan
Untuk menghasilkan produk pekerjaan
yang bermutu, islam memandang kerja yang dilakukan dalan kerja professional
yaitu kerja yang di dukung ilmu pengetahuan, keahlian, pengalaman, kesungguhan,
dsb. Sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. Al-Mulk 67:2.
11.
Islam sebagai disiplin
ilmu
Menurut peraturan mentri RI Tahun 1985 bahwa yang termasuk
disiplin ilmu keislaman adalah Alqur’an/Tafsir, Hadis/Ilmu, Ilmu Kalam, Filsafat,
Tasawuf, Hukum Islam, Sejarah Kebudayaan Islam, serta Pendidikan Islam. Secara
domain ditandai oleh pendekatan normative, historis, dan filosofis tersebut
terlihat bahwa ajaran islam memiliki cirri-ciri yang secara keseluruhan amat
ideal.
Dan dari semua itu agama
islam memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki oleh agama agama
selain agama islam
H.
MISI AJARAN ISLAM
Terdapat sejumlah
argumentasi yang dapat digunakan untuk menyatakan bahwa misi ajaran islam
sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam. Argumentasi tersebut diantaranya:
1.
Untuk menunjukkan bahwa
islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari pengertian islam itu sendiri.
Kata islam makna aslinya masuk dalam perdamaian, dan orang muslim ialah orang
yang damai dengan allah dan damai dengan manusia.
2.
Misi ajaran islam sebagai
pembawa rahmat bagi seluruh alam dapat juga dilihat dari peran peran yang
dimainkan islam dalam menangani berbagai problematika agama, sosial,
ekonomi, politik, hukum, pendidikan,
kebudayaan, dan sebagainya.
3.
Misi islam dapat juga
dilihat dari misi ajaran yang dibawa dan dipraktikan oleh Nabi Muhammad SAW.
4.
Misi islam selanjutnya
dapat pula dilihat pada kedudukannya sebagai sumber nilai dan pandangan hidup
manusia.
5.
Misi ajaran islam sebagai
pembawa rahmat dapat pula dilihat dari peran yang dimainkannya dalam sejarah.
6.
Juga dapat dilihat dari
praktik hubungan islam dengan penganut agama lain.
I.
METODOLOGI PEMAHAMAN ISLAM
Metodologi pemahaman
islam adalah cara-cara yang dikemukakan
oleh seseorang atau kelompok dengan tidak keluar dari pedoman agama Islam itu
sendiri (Al-Qur’an dan hadits) supaya dapat magetahui bagaimana cara memahami
agama islam dengan benar.
J.
KEGUNAAN METODOLOGI
Untuk mencapai suatu
kemajuan, kejeniusan saja belum cukup, melainkan harus dilengkapi dengan
ketepatan memilih metode yang akan digunakan untuk kerjanya dalam bidang
pengetahuan. Metode dan berpikir yang benar tak ubahnya seperti orang yang
berjalan. Seorang yang lumpuh sebelah kakinya dan tidak dapat berjalan dengan
cepat, tetapi memilih jalan yang benar akan mencapai tujuannya lebih cepat
daripada jago lari yang mengambil jalan yang terjal lagi berkelok kelok.
Betapapun cepat jago lari tersebut, ia akan datang pada terpat yang dituju,
sedangkan orang yang lumpuh sebelah kakinya yang memilih jalan yang benar akan
sampai kepada tujuan dengan segera. Selain itu penguasaan metode yang tepat
dapat menyebabkan seseorang mengembangkan ilmu yang dimilikinya. Sebaliknya
mereka yang tidak menguasai metode hanya akan menjadi konsumen ilmu, dan bukan
menjadi produsen.
K.
STUDI
ISLAM
Banyak orang berselisih
pendapat apakah islam itu termasuk kedalam sains atau ilmu pengetahuan.
Mengingat sifat dan karakteristik antara ilmu pengetahuan dan agama berbeda.
Ilmu pengetahuan dapat dikritisi, sedangkan agama dengan alasan apapun tidak
dapat dikritik karena merupakan ajaran dari tuhan yang memiliki kebenaran yang
mutlak tidak relatif.
Sehingga muncullah
pendapat yang memisahkan atau membedakan antara sains islam dengan studi islam.
Sains islam mencakup berbagai pengetahuan modern seperti kedokteran, astronomi,
matematika, fisika, dan sebagainya yang dibangun atas arahan nilai nilai
islami. Sementara studi islam adalah pengetahuan yang dirumuskan dari ajaran
islam yang dipraktikkan dalam sejarah dan kehidupan manusia, sedang pengetahuan
agama adalah pengetahuan yang sepenuhnya diambil dari ajaran ajaran allah dan
Rasulnya secara murni tanpa dipengaruhi sejarah, seperti ajaran tentang akidah,
ibadah, membaca al Qur’an dan akhlak.
L.
METODE
MEMAHAMI ISLAM
Berbagai pendapat
diajukan untuk metode memahami islam diantaranya metode yang digunakan oleh ali
syari’ati. Ia mengatakan bahwasanya cara memahami islam salah satunya ialah
dengan mengenal allah dan membandingkannya dengan sesembahan agama lain. Cara
lainnya ialah dengan mempelajari kitab alqur’an dan membandingkannya dengan
kitab-kitab samawi lainnya. Tetapi ada lagi cara lain yaitu dengan mempelajari
kepribadian rasul islam dan membandingkannya dengan tokoh tokoh besar pembaruan
yang pernah hidup dalam sejarah. Akhirnya ada satu cara lagi ialah dengan
mempelajari tokoh tokoh islam terkemuka dan membandingkannya dengan tokoh tokoh
utama agama maupun aliran aliran pemikiran lain.
Selain menggunakan
pendekatan komparasi, Ali Syari’ati juga menawarkan cara memahami islam melalui
pendekatan aliran. Dalam hubungan ini, ia mengatakan bahwa tugas intelektual
hari ini adalah mempelajari dan memahami islam sebagai aliran pemikiran yang
membangkitkan kehidupan manusia, perseorangan maupun masyarakat. Dan bahwa
sebagai intelektual dia memikul amanah demi masa depan umat manusia yang lebih
baik. Dia harus menyadari tugas ini sebagai tugas pribadi dan apapun bidang
studinya dia harus senantiasa menumbuhkan pemahaman yang segar tentang islam
dan tentang tokoh tokoh besarnya sesuai dengan bidangnya masing masing.
Sedangkan Nasruddin Razak
mengemukakan pendapatnya. Ia menawarkan metode pemahaman islam secara
menyeluruh. Menurutnya bahwa memahami islam secara menyeluruh adalah penting
walaupun tidak secara detail. Begitulah cara paling minimal untuk memahami
agama paling besar sekarang ini agar menjadi pemeluk agama yang mantap dan
untuk menumbuhkan sikap hormat bagi pemeluk agama lainnya. Dan untuk memahami
Islam secara benar Nasruddin Razak mengajukan 4 cara:
1.
Islam harus dipelajari dari sumber yang
asli, yaitu Al Qur’an dan As Sunnah Rasulullah.
2.
Islam harus dipelajari secara menyeluruh
sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara sebagian saja.
3.
Islam perlu dipelajari dari kepustakaan
yang ditulis oleh para ulama besar, kaum zuama dan sarjana-sarjana islam,
karena pada umumnya mereka memiliki pemahaman islam yang baik.
4.
Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan
normatif teologis yang ada dalam al qur’an, baru kemudian dihubungkan dengan
kenyataan historis, empiris, dan sosiologis yang ada di masyarakat.
M.
ISLAMISASI ILMU
PENGETAHUAN
Memasuki abad kedua puluh
masehi, keadaan dunia ditandai oleh kemajuan yang dicapai oleh barat dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan segala implikasinya, yaitu berupa
penjajahan mereka atas dunia islam. Negara negara yang dahulu masuk ke dalam
hegemoni islam seperti spanyol, india, sisilia, dan sebagainya sudah mulai
melepaskan diri dari islam dan berdiri sendiri sebagai negara yang sepenuhnya
berada diluar ideologi islam. Demikian pula negara negara yang sepenuhnya
dikuasai islam juga sudah banyak yang menjadi jajahan bangsa bangsa lain.
Negara negara tersebut antara lain mesir, turki, malaysia, dan Indonesia.
Menghadapi keadaan yang
demikian itu, umat islam mencari sebab sebabnya. Sebab sebab tersebut yang
utama diantaranya karena umat islam tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi serta adanya perpecahan.
Dikalangan umat islam
paling kurang timbul tiga sikap menghadapi keterbelakangan dalam bidang ilmu
pengetahuan tersebut sebagai berikut.
1.
Sikap yang didasarkan pada
asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari barat sebagai ilmu pengetahuan
yang sekular dan harus ditolak.
2.
Sikap yang didasarkan pada
asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari barat sebagai ilmu yang
bersifat netral. Karenanya ilmu tersebut harus diterima apa adanya tanpa
disertai rasa curiga dan sebagainya.
3.
Sikap yang didasarkan pada
asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari barat sebagai ilmu yang
bersikap sekular dan materialisme. Namun dapat diterima oleh umat islam dengan
terlebih dahulu dilakukan proses islamisasi.
Ketiga sikap tersebut satu
dan lainnya memiliki pengaruh sendiri sendiri dimasyarakta dengna segala
implikasinya. Sutdi dalam bab ini adalah penjabaran lebih lanjut dari sikap yan
gketiga sebagaimana tersebut diatas, yaitu sikap mengislamkan ilmu pengetahuan.
Islamisasi ilmu
pengetahuan pada hakikatnya adalah suatu upaya untuk mentransformasikan nilai
nilai keislaman ke dalam berbagai bidang kehidupan manusia, khususnya ilmu
pengetahuan. Dengan Islamisasi ilmu pengetahuan dapat diketahui dengan jelas,
bahwa islam bukan hanya mengatur segi segi ritualitas dalam arti shalat, puasa,
zakat, dan haji melainkan sebuah ajaran yang mengintegdrasikan segi segi
kehidupan duniawi termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Ditengah tengah
masyarakat yang masih dilanda krisis dalam berbagai bidang kehidupan seperti
sekarang ini, islamisasi ilmu pengetahuan semakin dipandang relevan daya antisipatifnya.
Di tengah-tengah perdebatan disekitar setuju atau tidak setuju dengan islamisasi ilmu
pengetahuan tersebut, tampaknya islamisasi ilmu pengetahuan tersebut pada
akhirnya merupakan suatu keharusan. Lahirnya industri perbankan yang
berbasiskan syariat seperti yang dipraktikkan pada bank muamalat Indonesia
(BMI), bank Syariah Mandiri, dan sebagainya menunjukkan pentingnya nilai nilai
islam terintergrasi dalam sistem perekonomian yang dikembangkan masyarakat.
Demikian pula praktik kehidupan kenegaraan yang semakin menuntut perlunya
ditegakkan asas keadilan, kejujuran, demokrasi, transparasi, dan sebagainya
menunjukkan bahwa nilai nilai islam perlu diintegrasikan ke dalam praktik kenegaraan.
Demikian pula munculnya universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah
Jakarta yang ditujukan pada upaya mengintergrasikan ilmu agama dan umum, juga
merupakan bukti perlunya program islamisasi ilmu pengetahuan itu dilaksanakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar